Klinik membutuhkan tips dan panduan dalam penyimpanan obat. Beberapa tujuannya agar obat dapat disimpan dengan baik serta kualitasnya tetap terjaga maksimal. Pengelolaan obat juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di klinik.
Oleh karena itu pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap penyimpanan akan berpengaruh terhadap layanan, manajemen, dan standar klinik secara keseluruhan. Ketahui cara dan tips menyimpan obat di klinik.
1. Atur Tata Ruang Sebaik Mungkin
Supaya mudah menyimpan, menyusun, serta mencari obat-obatan, sebaiknya atur tata ruang gudang obat di klinik.
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menyimpan stok obat di gudang klinik adalah:
- Pastikan gudang tempat penyimpanan obat menggunakan sistem atau ruangan di satu lantai.
- Atur tata ruang berdasarkan layanan penerimaan dan pengeluaran obat.
- Pastikan sirkulasi udara di dalam ruangan baik, misalnya memiliki ventilasi yang baik agar ruangan tidak lembap.
- Bila perlu, gunakan air conditioning (AC) di dalam gudang agar obat-obatan berada di dalam suhu yang ideal.
2. Sistem FIFO dan FEFO
Karyawan yang mengelola stok obat di klinik dapat menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
Sistem FEFO menerapkan obat dengan tanggal kedaluwarsa lebih awal harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Sementara itu, sistem FIFO artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu daripada obat yang datang belakangan. Pasalnya, potensi atau efek obat yang sudah terlalu lama disimpan akan berkurang.
3. Atur Sesuai Abjad dan Fungsinya
Agar mudah diambil dan ditemukan, sebaiknya sesuaikan obat menurut abjad, bentuk sediaan, dan statusnya (obat generik, paten, obat golongan keras). Berikut panduannya:
- Obat yang disusun sesuai abjad dapat memudahkan apoteker untuk menemukan dan mengambilnya. Pastikan juga bahwa obat disusun dan dipisah sesuai bentuk sediaan (pil, tablet, sirup, atau injeksi)
- Stok vaksin dan obat suppositoria sebaiknya disimpan di dalam kulkas khusus. Pastikan klinik memiliki cadangan sumber daya listrik yang cukup guna menjaga obat tersebut saat listrik padam.
- Obat golongan keras atau obat golongan sebaiknya disimpan dalam lemari khusus dan dan selalu terkunci baik.
- Bahan-bahan pendukung pengobatan seperti alkohol dan eter umumnya mudah terbakar. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut sebaiknya disimpan di dalam lemari khusus dan dipisahkan dari ruang penyimpanan obat biasa.
Perlu menerapkan Look a Like, Sound a Like (LASA) untuk obat yang terlihat atau terdengar mirip dalam pelafalannya.
Pemilik klinik dapat menyimpan obat-obatan menggunakan logo untuk membedakannya. Menempelkan logo dalam kemasan dapat mencegah terjadinya salah ambil obat.
4. Catat Stok Obat
Obat-obatan mempunyai batas waktu kedaluwarsa perlu dicatat dan dilakukan mutasi stok. Karyawan bisa melakukan pencatatan stok dengan aplikasi klinik yang memilki fungsi pencatatan stok.
Fungsi pencatatan stok obat, di antaranya:
- Mencatat penerimaan (stok masuk) dan pengeluaran (stok keluar)
- Reminder status stok yang mendekati habis ataupun kadaluwarsa
- Stock opname, untuk membandingkan stok fisik dengan yang tercatat di sistem
Tidak lupa untuk rutin melakukan pengamatan mutu obat. Umumnya staf klinik dapat mengamati perubahan warna, bau, dan rasa obat. Selain itu, tanda kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, pecah, retak dan terdapat benda asing, dan lembap pada obat juga perlu dipertimbangkan ulang.
Untuk menjaga kualitas dan mutu obat, staf klinik perlu memperhatikan faktor-faktor seperti kelembapan ruangan dan cahaya sinar matahari.
Hindari pula adanya benda-benda tajam di sekitar gudang penyimpanan agar tidak merusak stok obat di klinik. Tidak lupa, wadah obat harus selalu tertutup rapat agar tidak mudah ditumbuhi bakteri dan jamur.
Sumber:
- Farmalkes Kementerian Kesehatan Indonesia. 2022. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
- Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 2022. Pengetahuan Apoteker tentang Obat-Obat Look-alike Sound.
