Skip to main

Diagnosis dan Terapi Autisme Pada Anak

Autisme atau autism spectrum disorder adalah kondisi gangguan pada sistem sarafnya yang memengaruhi perilakunya sehari-hari atau disebut dengan neurobehaviour. Tanda atau gejala autisme biasanya dapat diamati pada saat anak usia tiga tahun. Kendati demikian, beberapa anak sudah didiagnosis mengidap autisme sejak lahir.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Autisme?

Dokter spesialis anak dapat melakukan diagnosis autisme pada anak. Pemeriksaan setiap 18 dan 24 bulan sekali bertujuan memantau perkembangan anak serta mendiagnosis kondisi gangguan sejak dini.

Dilansir dari WebMD, dokter dapat mengajukan pertanyaan kepada Anda tentang riwayat kesehatan keluarga, perkembangan, serta perilaku anak. Berikut beberapa contoh pertanyaan atau pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis autisme:

  • Apakah bayi Anda tersenyum di usia 6 bulan?
  • Apakah anak meniru suara dan ekspresi wajah pada usia 9 bulan?
  • Apakah anak mengoceh dan mengoceh pada usia 12 bulan?
  • Apakah anak memiliki perilaku yang tidak biasa atau berulang?
  • Apakah anak kesulitan melakukan kontak mata?
  • Apakah anak berinteraksi dengan orang lain dan berbagi cerita?
  • Apakah anak merespons ketika seseorang mencoba untuk mendapatkan perhatian mereka?
  • Apakah nada suara anak datar?
  • Apakah anak sensitif terhadap cahaya, kebisingan, atau suhu?
  • Apakah anak memiliki gangguan tidur atau pencernaan?
  • Apakah mereka cenderung kesal atau marah?

Pengamatan orangtua terhadap perkembangan anak sangat penting. Jika dokter menemukan salah satu atau beberapa tanda autisme, dokter dapat merujuk Anda ke spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Terapi Autisme

Hingga kini belum ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi autisme. Namun, kondisi ini dapat diterapi dengan baik agar anak dapat bersosialisasi dan beraktivitas tanpa hambatan.

Berikut beberapa terapi autisme yang bisa diberikan kepada anak:

1. Terapi Fisik (Fisioterapi)

Beberapa penyandang autis memiliki kemampuan tumbuh kembang bagian motorik yang tertunda. Fisioterapi ini dapat membantu anak autis melatih koordinasi serta kekuatan otot. Terapi autisme ini dilakukan oleh terapis khusus yang bersertifikat.

2. Terapi Bermain

Anak autisme punya cara bermain yang berbeda dengan anak lainnya. Kemungkinan, si kecil akan fokus pada satu bagian mainan, misalnya hanya pada roda mobil-mobilan. Anak dengan autis umumnya juga tidak mau bermain dengan anak lain. Dengan terapi bermain ini, anak akan dilatih cara berkomunikasi dan bersosialisasi.

Anak-anak dengan autisme memiliki cara bermain yang berbeda dari anak-anak lain. Mereka kemungkinan akan fokus pada bagian mainan (seperti roda) ketimbang keseluruhan mainan. Biasanya mereka juga tidak mau bermain dengan anak-anak lain. Anak autis perlu pertolongan ketika akan bermain. Dengan terapi bermain, anak dapat melatih kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi.

3. Terapi Visual

Tidak dimungkiri bahwa sebagian besar anak dengan kondisi autis cenderung sebagai pemikir visual. Oleh sebab itu, cara belajar dengan menggunakan gambar dapat membantu anak.

Terapi visual atau Picture Exchange Communication System dapat membuatnya lebih anak jadi mudah memahami sesuatu. Pada proses terapi ini, terapis dapat memberi beberapa gambar binatang dan menyebutkan namanya. Nantinya, anak diminta untuk menuju gambar binatang yang tepat.

4. Terapi Wicara

Gejala autis juga bisa ditandai dengan kesulitan berbicara. Anak dapat sulit mengungkapkan keinginannya secara lisan atau mencoba memahami orang lain.

Dengan demikian, anak yang mengalami kesulitan berbicara dapat diberikan terapi wicara Untuk membantunya, terapi autisme tersebut bisa Anda lakukan di rumah dengan cara mengajaknya bernyanyi, atau meningkatkan artikulasi bicara dengan melatih otot bibir atau wajah menggunakan cermin.

5. Terapi Okupasi

Perkembangan motorik lambat juga dapat dialami anak dengan autism spectrum disorder. Bila demikian, anak membutuhkan terapi okupasi.

Terapi okupasi masih berhubungan dengan terapi sensori integrasi dan keduanya dapat diberikan untuk meningkatkan perkembangan motorik anak.

Pada dasarnya terapi okupasi dapat membentuk anak untuk mampu menjalani kehidupan sehari-hari. Bila di rumah, terapi seperti memegang sisir atau mainan dengan benar dapat membantunya. Selain itu, teknik terapi ini juga bisa membantu anak mengatasi hipersensitivitas terhadap cahaya, sentuhan, maupun suara.

Baca Juga:

Sumber:

  • WebMD. 2022. How Do Doctors Diagnose Autism?
  • WebMD. 2022. Which Therapies Can Help With Autism?

Jadwalkan Terapi di Klinik