Skip to main

Catat, Ini 5 Cara Berkomunikasi yang Efektif dengan Pasien

Keberhasilan pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien bisa didapat dengan komunikasi efektif. Komunikasi antara dokter dan pasien dikatakan efektif apabila hal yang disampaikan tepat sasaran dan mencapai tujuan.

Hal ini juga ditandai ketika konsultasi yang diberikan mampu dipahami dan mengubah persepsi pasien terhadap kondisi kesehatan yang diidapnya. Dengan demikian, saran pengobatan yang diberikan dokter dapat dilakukan dengan baik dan kesehatan pasien meningkat.

Supaya konsultasi berjalan lancar, dokter atau tenaga medis perlu menerapkan keenam cara komunikasi efektif berikut ini.

1. Bertanya Lengkap dan Terbuka dengan Tujuan Diagnosis

Dokter perlu memberikan pertanyaan lengkap dan jelas kepada pasien untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Kendati demikian, hal ini dapat memicu rasa khawatir dari pasien. Pasien kemungkinan dapat khawatir jika informasi mengenai kondisinya disalahgunakan oleh pihak lain.

Oleh sebab itu, dokter perlu menjelaskan bahwa pertanyaan yang akan diajukan bersifat sebagai kepentingan diagnosis.

Dokter juga bisa mengatakan bahwa informasi dari pasien sejelas mungkin dapat membantu program pengobatan dan perawatan penyakit berjalan lancar.

2. Jelaskan Kondisi Pasien Secara Transparan

Pasien berhak mengetahui kondisi kesehatannya sejelas mungkin setelah dokter melakukan pemeriksaan klinis dan menentukan diagnosis.

Setelah itu, pasien dapat menentukan apakah ia ingin melanjutkan pengobatan atau tidak. Pilihan jenis pengobatan juga menjadi hak dan keputusan pasien.

Agar perawatan yang hendak dilakukan berhasil, dokter dan perawat harus melakukan komunikasi yang efektif. Caranya dengan menjelaskan kondisi pasien setransparan mungkin. Jelaskan pula tingkat keparahan kondisi kesehatan pasien.

Selain itu, dokter dapat memberi tahu kelebihan dan kekurangan jenis pengobatan yang tersedia. Bila perlu, berikan saran pengobatan dengan contoh kasus pasien yang berhasil sembuh atau pulih.

3. Pakai Bahasa Sederhana dan Mudah Dimengerti

Bahasa atau kosakata yang dipilih dokter saat berkomunikasi dengan pasien harus diperhatikan dengan baik. Pasalnya, tidak semua pasien mengerti bahasa medis.

Maka itu, dokter dan staf medis di klinik perlu mengupayakan komunikasi yang sederhana serta mudah dimengerti oleh pasien.

Pemilik klinik, dokter, serta staf klinik dapat mengikuti webinar atau pelatihan komunikasi yang efektif agar lebih lancar menjelaskan kondisi pasien. Dokter juga dapat menyesuaikan bahasa yang digunakan sesuai tingkat wawasan pasien.

Hal ini membantu pasien agar lebih mudah mengerti kondisinya serta dapat memutuskan jenis perawatan yang disarankan dokter.

Tidak hanya bahasa yang perlu diperhatikan oleh dokter saat konsultasi. Gestur tubuh dan wajah juga perlu ditunjukkan dengan baik saat konsultasi. Setidaknya dokter dapat menjelaskan dengan intonasi bicara yang lembut namun tetap tegas.

Apabila kesehatan pasien cukup parah, dokter dapat menjelaskan dengan kondisinya setegas mungkin dan tidak bertele-tele. Hal ini bertujuan agar pasien juga mengetahui tingkat kedaruratan kesehatannya dan segera mendapatkan perawatan yang tepat.

4. Gunakan Grafis, Gambar, atau Video

Agar sesi konsultasi berjalan lancar, dokter bisa menggunakan media pendukung, seperti representasi grafis, gambar, atau video.

Misalnya, dokter dapat menyediakan representasi grafis untuk menjelaskan seberapa banyak orang yang mengidap penyakit tertentu dan siapa saja yang berisiko terkena penyakit.

Lalu, media visual seperti gambar dapat digunakan untuk menjelaskan gejala yang bisa dilihat kasat mata saat terserang penyakit tertentu, misalnya kanker, cacar, atau luka diabetes.

Sementara itu, video animasi dapat menjelaskan patologi penyakit dapat diberikan untuk menjelaskan terjadinya sebuah penyakit hingga menimbulkan gejala yang dialami pasien.

5. Berikan Ringkasan Konsultasi

Salah satu cara komunikasi yang efektif saat konsultasi adalah dengan membuat ringkasan dari keluhan pasien.

Misalnya, dokter atau tenaga medis dapat mengulang kembali apa yang dikeluhkan pasien. Hal ini bertujuan agar pasien bisa memahami kembali gejala yang dialami. Pasien juga dapat merasa dimengerti dan didengar oleh dokter.

Dengan demikian, rasa percaya pasien terhadap dokter akan meningkat. Dampak baiknya, kemungkinan pasien dapat mematuhi saran pengobatan dan lekas pulih.