Skip to main

Aneurisma, Penyebab Stroke yang Jarang Diketahui

Siapa yang menyangka bahwa aneurisma juga bisa jadi penyebab stroke. Aneurisma adalah benjolan yang muncul pada dinding pembuluh darah arteri. Pembuluh arteri sendiri bertugas untuk membawa darah yang terkandung oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.

Gangguan pada arteri juga akan berakibat pada organ tubuh lainnya seperti otak dan jantung. Aneurisma otak mampu menyebabkan stroke hemoragik karena darah menyebar di otak disebabkan kerusakan pada jaringan otak.

Tidak hanya stroke namun kondisi ini juga mampu menyebabkan kematian sehingga membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin.

Gejala Aneurisma

Berdasarkan Kemenkes, aneurisma otak pecah tidak menimbulkan gejala signifikan sehingga perlu pemeriksaan otak secara rutin. Apabila aneurisma tidak pecah maka 90% seringkali tanpa gejala sehingga kebanyakan penderitanya tak mengetahui sedang menderita penyakit ini.

Gejalanya sendiri tidak muncul hingga pembuluh darah otak mengalami kebocoran dan terbagi menjadi dua tanda utama.

Gejala aneurisma yang tidak pecah menyebabkan mata terlihat sayu bahkan gangguan penglihatan.

Penyakit ini juga ditandai dengan pupil yang membesar dan mati rasa di satu sisi wajah ataupun tubuh. Tak jarang terasa nyeri khususnya di atas atau belakang mata.

Ketika aneurisma pecah maka penderitanya akan mengalami sakit kepala mendadak. Durasi sakit kepala ini bisa berlangsung hingga beberapa hari. Gejala lainnya ditandai dengan leher kaku, mual, muntah, gagal jantung, kehilangan kesadaran, kejang, dan mengalami sensitivitas akan cahaya.

Tanda aneurisma juga bisa mengakibatkan seseorang kebingungan mental bahkan koma. Selain itu penderita mengalami masalah keseimbangan dan kesulitan berbicara.

Penyebab Aneurisma

Aneurisma otak yang besar bahkan pecah mampu menimbulkan pendarahan otak hingga kematian. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke menyatakan aneurisma terbentuk saat dinding arteri di otak menjadi lemah dan tipis.

Penyakit ini sendiri bisa menyerang siapa saja bahkan lebih sering dialami oleh wanita usia di atas 40 tahun. Faktor penyebab seseorang bisa menderita aneurisma adalah:

  • Hipertensi tidak terobati
  • Merokok dan faktor genetika atau riwayat aneurisma pada anggota keluarga tingkat pertama yaitu saudara kandung, orang tua maupun anak
  • Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum alkohol berlebihan dan konsumsi narkoba
  • Adanya kista terbentuk pada ginjal atau terkena penyakit ginjal polikistik
  • Kelainan jaringan ikat genetik yang mampu melemahkan dinding arteri
  • Kusutnya arteri serta vena di otak sehingga mampu mengganggu aliran darah atau malformasi aryeriovenosa
  • Lebih sering dialami oleh perempuan terutama yang sudah menopause atau lebih dari 40 tahun
  • Memiliki sindrom Marfan atau Ehlers-Danlos
  • Risiko pendarahan otak atau cedera kepala

Apabila memiliki riwayat keluarga aneurisma maka dianjurkan menjalani skrining setiap 5-10 tahun sekali. Tujuannya agar mempercepat diagnosis sehingga perawatan bisa dilakukan segera.

Diagnosis Aneurisma

Penanganan Aneurisma.jpg

Untuk mendiagnosis penyakit ini ada beberapa tes yang perlu dijalani, antara lain bisa Anda simak sebagai berikut:

CT

CT merupakan kependekan dari Computed Tomography yakni pemindaian cepat guna menentukan pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau tidak.

Tes menggunakan sinar-X agar bisa membentuk gambar dua dimensi untuk menunjukan lokasi, ukuran hingga bentuk aneurisma. Kadang ada suntikan ke dalam aliran darah untuk memindai arteri.

MRI

Selain CT, ada pencitraan resonansi magnetik (MRI) memakai gelombang radio yang dihasilkan komputer dan medan magnet. Alat ini akan menunjukan gambar detail tiga dimensi dari otak yang berfungsi menentukan terjadinya perdarahan ke dalam otak atau tidak.

Angiografi Cerebral

Untuk menemukan penyumbatan di arteri yang ada pada otak maupun leher digunakan tes angiografi serebral. Alat ini akan melakukan identifikasi titik-titik lemah arteri seperti aneurisma.

CSF

Dalam mengukur bahan kimia dalam cairan yang berfungsi melindungi sumsum tulang belakang atau otak atau cairan serebrospinal digunakan tes CSF.

Dari mengumpulkan data SCF lewat spinal tap akan mampu mendeteksi adanya pendarahan. Nantinya jarum tipis akan dimasukan ke punggung bawah (lumbar spine) lalu sejumlah kecil cairannya akan diuji.

Penanganan Aneurisma

Tidak semua aneurisma perlu prosedur operasi karena yang ukurannya kecil bisa dibiarkan dan dipantau lewat MRA atau CTA. Pencegahan pecahnya aneurisma otak bisa dilakukan dengan berolahraga secara teratur, hindari aktivitas fisik yang berat dan batasi konsumsi kafein dan beralkohol.

Prosedur operasi dilakukan bila risiko pecahnya aneurisma semakin tinggi dengan cara menjepit pembuluh darah atau memasang kumparan di lokasi aneurisma. Fungsinya adalah menghentikan aliran darah ke pembuluh darah agar tidak bengkak atau pecah.

Apabila aneurisma otak sudah pecah maka guna mencegah komplikasi, pasien akan mengkonsumsi beberapa jenis obat-obatan.

Di antaranya adalah obat pereda nyeri untuk meredakan sakit kepala, obat vasopressor guna mencegah stroke, obat anti kejang hingga obat antagonis kalsium agar mencegah kekakuan pembuluh darah.

Jalani pemeriksaan rutin di klinik saraf Jakarta atau konsultasi langsung dengan dokter spesialis saraf Jakarta maupun kota lainnya untuk mengetahui adanya resiko aneurisma yang mungkin menyerang.

Aneurisma otak bisa terjadi disadari. Sebagai langkah antisipasi konsultasi dengan dokter saraf bisa menjadi langkah yang diambil apabila Anda mengalami sakit kepala dan mendadak.

Baca Juga:

Sumber:

Kemkes. Penanganan Pecah Pembuluh Darah Otak Tanpa Sayatan. 17 September 2021.

NIH. Cerebral Aneurysms.

Jadwalkan Konsultasi di Klinik