Skip to main

Penyakit Bell's Palsy: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatannya

Sebagian dari kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah medis bell's palsy. Ya, penyakit bell's palsy memang bukan kondisi langka, bahkan bell's palsy adalah salah satu penyebab paralisis wajah unilateral tersering di dunia.

Dalam dunia medis, bell's palsy adalah gangguan neurologis pada saraf yang mengontrol pergerakan otot wajah. Saraf ini disebut saraf kranial fasialis atau ketujuh.

Gangguan kesehatan pada saraf ini ditandai dengan kelumpuhan wajah yang dapat diawali dengan demam ringan.

Meski penyakit bell's palsy bukanlah kondisi yang mengancam jiwa, seseorang yang mengalami bell's palsy menghadapi gangguan fungsi wajah dan estetik sehingga memerlukan perawatan dokter saraf.

Apa Itu Bell's Palsy?

Bell's palsy adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot di wajah yang dapat terjadi karena infeksi virus atau bakteri.

Selain itu, bell's palsy juga dapat terjadi ketika saraf yang mengontrol otot wajah meradang, bengkak, atau tertekan.

Kelumpuhan pada otot wajah menyebabkan penderita bell's palsy kesulitan untuk tersenyum dan menutup mata pada sisi yang sakit.

Bell's palsy dapat bersifat sementara dengan perbaikan dalam beberapa minggu atau bulan, tetapi dapat pula menetap.

Faktor Risiko dan Penyebab Bell's Palsy

Thumbnail 2 - Penyakit Bell's Palsy.jpg

Meskipun bell's palsy dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia antara 16 dan 60 tahun.

Selain itu, Sahabat Pintar juga lebih rentan mengalami bell's palsy jika sedang hamil atau mengalami preeklamsia berat, obesitas, infeksi saluran pernapasan atas, memiliki riwayat keluarga bell's palsy, memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), sedang atau memiliki riwayat diabetes, dan migrain.

Di samping faktor risiko, penyebab bell's palsy sendiri belum diketahui secara pasti. Para ahli menyebutkan bahwa penyebab bell's palsy adalah adanya virus yang memicu pembengkakan atau peradangan sementara pada saraf yang mengontrol otot-otot wajah.

Tekanan ini merusak fungsi saraf sehingga kamu sulit mengontrol otot wajah atau ekspresi. Saat peradangan mereda, saraf mulai berfungsi kembali.

Gejala Bell's Palsy

Pada dasarnya, gejala bell's palsy dapat berbeda-beda pada tiap orang, bergantung pada tingkat keparahannya. Gejala dapat berupa kelemahan wajah yang ringan hingga kelumpuhan total.

Semakin banyak peradangan atau kompresi saraf pada wajah, semakin parah kelumpuhan wajah serta semakin lama waktu yang dibutuhkan saraf untuk pulih dan berfungsi kembali.

Gejala bell's palsy dapat berkembang 1 hingga 2 minggu setelah seseorang mengalami infeksi mata atau telinga. Bell's palsy seringkali diawali dengan rasa sakit di sekitar rahang atau di belakang telinga.

Di antara banyaknya gejala, beberapa gejala bell's palsy yang paling umum meliputi:

  • Hipersensitivitas terhadap suara di telinga yang terkena (hiperakusis)
  • Ketidakmampuan untuk menutup mata pada sisi wajah yang terkena
  • Gangguan mengerutkan dahi
  • Kerap mengeluarkan air liur dari sisi yang lemah
  • Senyum asimetris
  • Iritasi pada mata akibat menurunnya jumlah air mata
  • Gerakan otot yang tidak teratur yang mengontrol ekspresi wajah, seperti tersenyum, menyipitkan mata, berkedip, dan menutup kelopak mata secara spontan
  • Kesulitan berbicara, makan atau minum

Gejala bell's palsy dapat mungkin terlihat seperti gejala gangguan kesehatan lain sehingga tak heran jika banyak orang yang salah dalam mendiagnosis, terlebih jika diagnosis dilakukan bukan sendiri atau self-diagnose.

Oleh karena itu, demi mendapatkan perawatan yang tepat, apabila kamu mengalami beberapa gejala bell's palsy, sebaiknya segera lakukan konsultasi ke klinik dokter saraf untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dari dokter saraf pilihanmu.

Beberapa Tes yang Perlu Dilakukan untuk Mendiagnosis Bell’s Palsy

Seperti halnya dengan masalah kesehatan lain, sebelum dilakukannya tindakan terapi bell's palsy, biasanya dokter saraf akan melakukan diagnosis terlebih dahulu untuk mencari tahu adakah faktor kesehatan lain yang menyebabkan bell's palsy dan memastikan apakah kerusakan bersifat parsial atau permanen.

dr. David, Sp. N, dokter spesialis saraf dari Klinik Saraf Neuro Care mengungkapkan bahwa dalam melakukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan sejumlah tes.

Beberapa tes yang dilakukan seperti wawancara untuk mengetahui tanda-tanda bell’s palsy yang umumnya berupa mulut mencong, salah satu kelopak mata tidak dapat menutup, salah satu sisi dahi tidak dapat berkerut, gangguan pengecapan sesisi lidah, pendengaran lebih kencang di satu sisi telinga (hiperakusis), air liur keluar dari satu sisi, dan tidak adanya air mata pada salah satu bagian mata.

Selain wawancara, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik paresis nervus VII perifer sesisi dan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan kecepatan hantar saraf wajah dan pemeriksaan refleks berkedip (blink reflex) yang dilakukan setelah 10-14 hari.

Pilihan Pengobatan Bell's Palsy

Bagi kamu yang mengalami bell’s palsy kamu tak perlu khawatir. Seperti yang dijelaskan oleh dr. David, Sp. N bahwa bell’s palsy merupakan salah satu penyakit saraf yang dapat diobati.

Namun, pengobatan bell’s palsy sebenarnya tergantung tingkat keparahan yang dialami pasien.

Apabila gejalanya tergolong ringan, maka tidak membutuhkan pengobatan khusus dan dokter akan memberikan obat steroid selama 10-14 hari dan dapat ditambah dengan asiklovir dalam 72 jam onset pertama.

Namun, jika gejala yang kamu alami cenderung parah, dr. David, Sp. N merekomendasikan agar kamu mendapatkan terapi khusus bell's palsy berupa fisioterapi wajah, edukasi menutup mata dengan lakban saat tidur agar mata tidak kering, dan pengobatan air mata buatan bila diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi.

Pada kasus kronik dengan gejala sisa, tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain suntikan botox, stimulasi elektrik, atau akupuntur.

Perlu diingat, bahwa kasus bell’s palsy sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Gejala Bell’s palsy dapat serupa dengan penyakit lain, seperti stroke.

Temuan yang tidak khas Bell’s palsy antara lain gejala gangguan saraf lain seperti gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, pandangan ganda, gangguan menelan, dan sebagainya sehingga penyebab lain perlu dicurigai.

Bila dalam keraguan saat mengalami gejala-gejala di atas, segera ke dokter saraf untuk dipastikan agar mendapatkan pertolongan medis yang tepat.

Bagi kamu yang bingung harus melakukan konsultasi ke mana, kini klinik saraf Neuro Care melayani konsultasi dan berbagai pengobatan terkait saraf.

Di klinik saraf Neuro Care, kamu bisa mendapatkan pelayanan terbaik dari dokter saraf terbaik dan kompeten di bidangnya.

Baca Juga:

Sumber:

Cleveland Clinic. Bell's Palsy.

Healthline. What Is Bell’s Palsy?. 26 April 2023.

Medical News Today. What to Know About Bell's Palsy. 21 April 2023.

Southern Cross. Bell's palsy.

Jadwalkan Konsultasi di Klinik