Skip to main

7 Risiko Bila Anak Tidak Mendapatkan Vaksin Sejak Lahir

Pemerintah Indonesia menggaungkan pentingnya memberikan imunisasi atau vaksin anak sesuai jadwal untuk mencegah penyakit dan kondisi kesehatan kronis di kemudian hari.

Oleh karena itu, setiap bulan atau dalam jarak waktu tertentu, dokter anak dan petugas kesehatan dari Puskesmas atau Posyandu kerap mengingatkan orangtua untuk memberikan imunisasi kepada si kecil sesuai jadwal.

Tidak hanya menyebabkan anak rentan sakit, melewatkan jadwal vaksin anak juga dapat menyebabkan berbagai risiko berikut ini.

1. Anak Rentan Terkena Penyakit Serius

Jika anak tidak mendapatkan imunisasi atau vaksinasi lengkap tepat waktu, ia akan mudah terserang berbagai penyakit. Di antaranya, penyakit yang rentan menyerang anak, seperti hepatitis, TBC, pertusis atau batuk rejan, dan difteri.

Konsultasikan Segera

Selain itu, anak-anak juga rentan terhadap berbagai masalah kesehatan lainnya. Contoh, ketika anak menderita campak, ia berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi.

2. Anggota Keluarga Lain Lebih Mungkin untuk Sakit

Anak yang tidak divaksinasi berisiko lebih tinggi untuk menulari penyakit kepada orang lain di sekitarnya. Sebaliknya, mengabaikan vaksin anak juga membuat si kecil lebih rentan tertular penyakit.

Perlu diketahui, orang dewasa dapat membawah infeksi di dalam tubuhnya. Misalnya, jika orangtua atau anggota keluarga di rumah mengidap batuk rejan, anak yang belum mendapatkan imunisasi akan rentan tertular. Bahkan, penyakit batuk rejan dapat menyebabkan komplikasi kematian pada anak.

Tidak hanya melindungi anak dari penyakit, vaksin juga dapat mencegah orang di lingkungan sekitar yang mungkin kesulitan mendapatkan akses vaksinasi supaya tidak tertular infeksi.

3. Mengembangkan Wabah di Masyarakat

Penyakit atau infeksi menular rentan ditemukan di dalam sebuah lingkungan atau kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menggalakkan pemberian vaksin anak untuk mencegah sebuah penyakit berubah menjadi wabah di masyarakat.

Sebagai contoh, dilansir dari World Health Organization (WHO), sejak 2018 kawasan Asia Tenggara dikejutkan dengan temuan kasus polio di beberapa negara, termasuk Indonesia. Di Asia Tenggara telah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasus polio.

Setelah ditelisik lebih lanjut, tren cakupan inactivated vaccine polio (IPV) di beberapa provinsi di Indonesia masih kurang dari 80 persen.

Padahal, menurut jadwal Ikatan Dokter Anak Indonesia, bayi dianjurkan mendapatkan vaksin polio sebanyak 4 kali, yakni saat usia satu, dua, dan tiga bulan. Lalu dilanjutkan dosis keempat pada usia 18 bulan.

Ketika banyak orangtua mengabaikan pemberian vaksin anak, penyakit yang kasusnya telah menurun selama bertahun-tahun bisa kembali muncul lagi.

4. Biaya Pengobatan Menular Mahal

Penyakit menular umumnya memerlukan perawatan dan penanganan serius di rumah sakit. Tidak jarang, perawatan penyakit menular membutuhkan biaya yang mahal dan waktu lama untuk bisa kembali pulih.

Contoh, penyakit difteri akibat infeksi bakteri memerlukan perawatan di rumah sakit khusus yang memiliki kapasitas untuk mengobati penyakit ini dan komplikasinya.

Anak yang mengidap difteri harus dirawat di ruang isolasi dan membutuhkan obat-obatan khusus. Bila demikian, biaya yang dikeluarkan dari orangtua juga tidak murah.

Baca Juga:

5. Kualitas Hidup Menurun

Saat anak mudah mengidap penyakit, kualitas hidupnya dapat menurun. Misalnya, bila orangtua melewatkan jadwal vaksin measles, mumps, dan rubella (MMR). Nantinya, anak berisiko terkena campak yang komplikasinya dapat menyebabkan kebutaan.

Tidak hanya itu, melewatkan vaksin anak jenis polio juga dapat menyebabkan anak mengidap penyakit tersebut dan menderita kelumpuhan, bahkan kematian.

6. Angka Harapan Hidup Menurun

Mengabaikan vaksin anak berarti meningkatkan risiko si kecil untuk terkena penyakit menular. Saat berbagai infeksi dan penyakit menyerang tubuh anak, kualitas dan angka harapan hidup anak dapat menurun, menurut data dari publikasi WHO.

Sebaliknya, vaksin anak justru dapat meningkatkan angka harapan hidup. Menurut laman Sehat NegeriKu, angka harapan hidup di Papua Barat semakin naik dari 2010 ke 2017 karena peningkatan jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap.

Konsultasikan Segera

7. Sulit Mendaftar Sekolah atau Bepergian ke Luar Negeri

Beberapa negara mengharuskan orang asing, termasuk anak-anak, yang berkunjung untuk mendapatkan vaksin lengkap. Tanpa imunisasi, anak-anak dapat kehilangan kesempatan untuk berkunjung atau bahkan mengenyam pendidikan di negara-negara tertentu.

Tidak hanya itu, kini semakin banyak sekolah di Indonesia yang mencantumkan 'status imunisasi lengkap' sebagai salah satu syarat mendaftar.

Bukan sekadar syarat, syarat vaksin bertujuan melindungi anak dan masyarakat lain di sekitar sekolah agar terhindar dari penyakit. Bila anak sehat, ia pun dapat menikmati masa kecilnya dengan bermain dan belajar.

Segera dapatkan imunisasi anak lengkap dengan mengakses Layanan Vaksin Home Service dari Klinik Pintar. Layanan home service tersedia di area DKI Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang.

Sumber:

  • Unicef Indonesia. 2022. 7 consequences and risks of not getting your child routinely vaccinated
  • SehatNegeriKu Kemenkes. 2022. Papua Barat Berhasil Tingkatkan Angka Harapan Hidup
  • WHO. 2022. BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI edisi Maret 2022.

Amankan Jadwal Anda di Klinik