Skip to main

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Rabies

Rabies adalah penyakit menular serius yang dipicu oleh virus rabies. Virus ini termasuk dalam kelompok virus Rhabdoviridae dan memiliki kecenderungan untuk menyerang sistem saraf pusat, khususnya otak dan sumsum tulang belakang.

Penularannya bersifat zoonotik melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi virus ini, dengan gejala rabies muncul dalam 4-12 minggu. Adapun jenis hewan yang dapat menyebabkan rabies antara lain anjing, kucing, musang, kuda, kelelawar, rubah, dan monyet.

Kondisi ini berakibat fatal baik bagi hewan maupun manusia, hampir seluruh penderita dengan gejala klinis rabies (ensefalomielitis) berisiko mengalami kematian. Yuk, kenali lebih lanjut gejala, penyebab dan pengobatan yang perlu dijalani penderita rabies dari ulasan di bawah ini!

Gejala Virus Rabies

Dengan memahami gejala virus rabies memudahkan memberikan penanganan tepat sejak dini. Hal ini sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak yang mungkin timbul. Berikut gejala yang ditimbulkan virus rabies yang perlu diketahui:

Tahap Awal

Ketika virus rabies pertama kali masuk ke dalam tubuh, gejalanya sering kali mirip dengan flu biasa. Rasa demam ringan, sakit kepala yang mengganggu, dan rasa lelah yang tak terkendali mulai muncul.

Pada kondisi ini banyak dari penderitanya mungkin akan menganggapnya sebagai gejala flu umum yang sering kali diabaikan.

Tahap Lanjutan (Neurologis)

Gejala ini tidak berhenti hanya pada tahap flu ringan saja. Berjalannya waktu, virus rabies perlahan-lahan menunjukan tanda-tanda yang lebih serius seperti:

1. Kesulitan Menelan Makanan atau Minuman

Kesulitan menelan makanan atau minuman muncul menjadi salah satu tanda khas tahap ini. Pada fase ini, virus rabies telah mencapai sistem saraf pusat, termasuk otak, dan mengganggu fungsi normalnya.

Imbasnya timbul masalah dalam koordinasi otot dan gerakan tubuh, termasuk otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.

2. Sensasi Terbakar di Daerah Gigitan

Tubuh bereaksi terhadap invasi virus dengan merilis zat-zat kimia yang dapat menimbulkan rasa panas atau terbakar di daerah yang terinfeksi. Salah satu zat kimia yang dapat terlibat dalam reaksi ini adalah prostaglandin.

Prostaglandin adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap kerusakan jaringan atau infeksi.

Zat ini berperan dalam merangsang peradangan, melebarkan pembuluh darah, dan mengirim sinyal nyeri ke otak.

Peningkatan kadar prostaglandin dapat mengakibatkan perasaan panas, kemerahan, dan sensitivitas terhadap sentuhan di area yang terinfeksi.

3. Gangguan Pernapasan

Pada fase ini, virus rabies telah merusak sistem saraf pusat termasuk bagian otak yang mengendalikan pernapasan.

Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam mengatur dan menjalankan proses pernapasan normal.

Kemudian akan berlanjut hingga penderita tidak lagi mampu bernapas secara mandiri yang bisa mengakibatkan pernapasan gagal.

4. Kecemasan, Kegelisahan, dan Perilaku Tidak Biasa

Perubahan perilaku yang tidak biasa pada penderita seperti agresif atau gelisah, ketakutan yang tidak wajar terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak menakutkan serta gangguan kognitif.

Gangguan kognitif ini akan mempengaruhi kemampuan penderita dalam berpikir dan merespon secara normal.

5. Fobia Air (Hidrofobia)

Hidrofobia pada rabies merujuk pada gejala takut dan kesulitan berlebihan terhadap air atau cairan. Penderita rabies seringkali mengalami spasme otot yang parah saat mencoba menelan atau mendekati air.

Gejala ini tidak hanya mencakup air minum, tetapi juga meliputi sensasi melihat atau mendekati air yang dapat memicu reaksi refleks yang kuat dan tidak terkendali.

6. Kelumpuhan Otot

Kelumpuhan otot biasanya berkembang secara bertahap. Awalnya, kelumpuhan mungkin terasa di sekitar daerah gigitan atau tempat virus masuk ke tubuh.

Namun, seiring waktu, kelumpuhan ini merambat ke seluruh tubuh, mempengaruhi berbagai kelompok otot.

Gerakan yang sebelumnya mudah menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan seperti ketidakmampuan untuk berjalan, menggerakkan lengan, atau melakukan aktivitas fisik lainnya.

Tahap Kritis

Pada tahap ini, virus tersebut telah menyebar ke sistem saraf pusat dan mempengaruhi berbagai fungsi vital, seperti pernapasan dan aktivitas otak.

Gejala meliputi kejang-kejang hebat, koma, serta kegagalan organ, terutama pernapasan, yang mengarah pada kematian dalam waktu beberapa hari setelah gejala kritis muncul.

Pada tahap ini, virus tersebut telah menyebar ke sistem saraf pusat dan mempengaruhi berbagai fungsi vital, seperti pernapasan dan aktivitas otak.

Gejala meliputi kejang-kejang hebat, koma, serta kegagalan organ, terutama pernapasan, yang mengarah pada kematian dalam waktu beberapa hari setelah gejala kritis muncul.

Penyebab Virus Rabies

Thumbnail 2 - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Rabies.jpg

Setelah memahami betapa seriusnya ancaman gejala rabies, langkah selanjutnya adalah menggali faktor pemicu penyakit ini. Ada beberapa faktor penyebab utama yang memicu penyebaran virus rabies antara lain:

1. Virus Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus

Virus rabies masuk dalam keluarga Rhabdoviridae dan genus Lyssavirus. Virus Rhabdoviridae memiliki bentuk seperti batang yang dilindungi oleh lapisan protein. Di dalam genus Lyssavirus, virus rabies menjadi salah satu anggota yang dapat menginfeksi mamalia.

2. Gigitan Hewan

Penyebab utama penularan lainya adalah melalui gigitan hewan yang terinfeksi.

Paparan air liur hewan yang terinfeksi dapat menyebabkan penularan virus rabies yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang disebabkan oleh gigitan atau cakaran.

3. Kontak dengan Hewan Liar

Anjing sering menjadi sumber utama penularan virus rabies kepada manusia di banyak daerah, terutama di wilayah tropis dan subtropis. Hewan liar tersebut kemungkinan tidak divaksinasi.

Selain itu kucing dan kelelawar juga menjadi vektor utama penularan yang signifikan. Penting untuk menghindari kontak dengan hewan berpotensi terinfeksi guna mencegah penyebaran penyakit ini.

Pengobatan Virus Rabies

Pengobatan virus rabies pada manusia harus dimulai sesegera mungkin setelah terpapar. Langkah-langkah pengobatan yang dianjurkan meliputi:

1. Pembersihan Luka

Perawatan pertama yang harus dilakukan jika terkena gigitan hewan yang diduga terinfeksi rabies adalah mencuci luka dengan sabun dan air selama lima belas menit. Membersihkan luka dapat membantu mengurangi jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.

2. Vaksin Rabies

Langkah utama untuk mencegah dan mengobati virus rabies adalah melalui vaksinasi rabies.

Setelah pembersihan luka, pemberian vaksin rabies harus dimulai secepat mungkin. Vaksin ini bertujuan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus rabies.

3. Imunoglobulin Rabies

Selain suntikan vaksin, dokter juga mungkin memberikan suntikan immunoglobulin rabies.

Immunoglobulin rabies mengandung antibodi siap pakai yang membantu menghancurkan virus rabies dengan cepat sebelum sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi sendiri.

4. Pengobatan Pendukung

Pasien yang sudah menunjukkan gejala rabies seperti demam, nyeri otot, kegelisahan, dan gangguan neurologis lainnya, memerlukan perawatan pendukung seperti cairan intravena, obat penurun demam, dan obat lainya untuk mengurangi gejala.

5. Perawatan Medis Intensif

Rabies berkembang dengan cepat, dan begitu gejala neurologis muncul, perawatan medis intensif diperlukan. Pasien akan membutuhkan dukungan ventilasi, obat penenang, dan perawatan pendukung lainnya.

Rabies adalah penyakit serius yang memerlukan pemahaman dan kewaspadaan. Meskipun pengobatan setelah gejala rabies muncul terbatas, tindakan pencegahan dapat melindungi diri Anda dan orang-orang di sekitar.

Dengan vaksinasi yang tepat, menghindari kontak dengan hewan liar, dan perawatan medis yang cepat, Anda dapat mengurangi risiko terkena rabies. Mari bersama-sama berkontribusi pada dunia yang lebih aman dan sehat dengan memahami rabies dan langkah-langkah pencegahannya.

Baca Juga:

Sumber Referensi:

Centers for Disease Control and Prevention (CDC).Rabies.

MayoClinic. Rabies

World Health Organization (WHO).Rabies

kemkes. (12 Juni 2023). Mengenal penyakit Rabies

Jadwalkan Konsultasi di Klinik