Skip to main

Macam-Macam Penyakit Saraf pada Anak

Sistem saraf berperan penting dalam mengendalikan berbagai fungsi tubuh, seperti gerakan otot, persepsi sensorik, dan fungsi otak. Ketika gangguan pada sistem saraf terjadi, anak-anak bisa mengalami berbagai masalah kesehatan yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah pada perkembangannya.

Seperti halnya pada orang dewasa, gejala gangguan saraf pada anak dapat bersifat fisik maupun psikis, seperti menyebabkan anak kesulitan dalam bergerak, berbicara, dan berpikir.

Sebagai orang tua, tentu tak ingin melihat si kecil mengalami penyakit apapun, bahkan penyakit saraf sekalipun. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk segera melakukan konsultasi ke dokter ahli saraf apabila mendapati si kecil mengalami berbagai gejala yang berhubungan dengan penyakit saraf.

Macam-macam Penyakit Saraf pada Anak

Saraf adalah bagian penting dari sistem saraf tubuh yang mengendalikan berbagai fungsi tubuh seperti gerakan, perasaan, dan berpikir.

Gangguan pada sistem saraf ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan anak. Untuk itu, orang tua perlu memahami macam-macam penyakit saraf pada anak berikut ini:

1. Epilepsi

Epilepsi adalah penyakit saraf yang seringkali muncul pada masa anak-anak. Kondisi ini memengaruhi aktivitas listrik dalam otak yang menyebabkan serangan berulang yang dikenal sebagai kejang.

Gejala epilepsi umumnya meliputi kehilangan kesadaran, mengalami satu atau lebih kejang dalam sehari, dan dalam beberapa kasus adanya perubahan perilaku atau emosi.

Sampai saat ini, penyebab pasti epilepsi pada anak belum sepenuhnya diketahui, tetapi bisa penyakit yang berhubungan dengan saraf ini bisa terjadi karena faktor genetik, cedera kepala, atau kondisi medis lainnya.

Menurut dr. Lisa Maulina, Sp. N, dokter ahli saraf dari Klinik Neuro Care by Klinik Pintar, pengobatan epilepsi dapat dilakukan dengan obat-obatan antiepilepsi sesuai dengan sindrom epilepsi. Namun, jika anak resisten terhadap obatan-obatan, dokter akan menyarankan untuk pasien melakukan diet ketogenik atau bedah epilepsi.

2. Autisme

Autisme pada Anak dan Gejalanya.jpg

Autisme adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang memengaruhi kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku pada anak-anak. Gangguan ini dapat terdiagnosis sejak dini.

Gejala autisme sering muncul sejak usia dini, tetapi dapat berbeda-beda antar anak. Gejala utama autisme termasuk kesulitan dalam berinteraksi sosial, masalah dalam berbicara dan berkomunikasi, serta perilaku repetitif atau terbatas.

Beberapa anak dengan autisme juga mengalami hiperfokus pada minat tertentu.

dr. Lisa menyebutkan bahwa ada beberapa pendekatan yang perlu diterapkan dalam terapi/pengobatan pasien anak dengan autisme, di antaranya:

  • Pendekatan multidisiplin agar anak bisa berkembang optimal dan hidup mandiri
  • Intervensi dini melalui terapi perkembangan, aktivitas latihan fisik dalam kelompok untuk membantu mengembangkan keseimbangan tubuh, koordinasi dan keterampilan motorik
  • Pendekatan melalui terapi perilaku
  • Obat-obatan seperti antidepresan untuk mengurangi perilaku agresif; antipsikotik bila agresifitasnya dominan, obat anti kejang bila disertai epilepsi; pirasetam untuk memperbaiki gangguan bahasa
  • Perbaikan metabolisme: gangguan pencernaan harus diperbaiki dengan menyeimbangkan flora usus (dapat diberikan lactobacillus untuk mencegah tumbuh jamur secara berlebihan). Sedangkan untuk alergi makanan multipel harus diatasi dengan diet yang ketat untuk menghindari makanan yang menimbulkan alergi

4. Cerebral Palsy

Cerebral Palsy (CP) adalah gangguan neurologis yang sering terjadi pada masa perkembangan anak. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengendalikan gerakan tubuh dan koordinasi otot.

Meskipun gejalanya berbeda-beda pada tiap anak, Cerebral Palsy dapat memengaruhi kemampuan motorik dan perkembangan anak secara signifikan.

Gejalanya meliputi kesulitan bergerak atau ketidakmampuan untuk berjalan, kesulitan menelan, kejang otot, dan belum bisa bicara meski usianya sudah 2 tahun.

Beberapa terapi yang dapat dilakukan pada anak dengan Cerebral Palsy antara lain:

  • Fisioterapi untuk mencegah deformitas dan mengoptimalkan fungsi motorik dan postur tubuh anak
  • Terapi okupasi untuk meningkatkan keterampilan motorik anak
  • Pembedahan: Reposisi kontraktur dan spastisitas
  • Penggunaan obat antiepilepsi bila disertai kejang
  • Baclofen, benzodiazepine, atau botulinum toksin A untuk mengatasi spastisitas
  • Penggunaan obat anti Parkinson, antikonvulsan dan antidepresan untuk mengatasi gangguan gerak
  • Gangguan tidur: Perhatikan sleep hygiene dan bila diperlukan dapat diberikan melatonin

4. Spina Bifida

Spina bifida adalah kelainan saraf bawaan yang terjadi ketika tulang belakang bayi tidak terbentuk dengan baik selama perkembangan prenatal.

Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tulang belakang dengan gejala seperti kelumpuhan, kesulitan bergerak, atau masalah pada kandung kemih dan usus.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami spina bifida yaitu karena faktor nutrisi, masalah bawaan sejak lahir, dan penutupan tabung saraf embrionik yang tidak lengkap.

Menurut dr. Lisa, penanganan spina bifida bergantung pada jenis kelainan dan kondisi pasien:

  • Pada bayi yang lahir dengan spina bifida okulta (celah di ruas tulang belakang kecil sehingga tidak memengaruhi sistem saraf), biasanya tidak memerlukan tindakan medis khusus karena tidak menimbulkan gejala tertentu.
  • Pada kasus yang lebih berat (meningokel/mielomeningokel), perlu dilakukan tindakan operasi untuk meminimalkan risiko komplikasi.
  • Bila usia kehamilan di bawah 26 minggu, dapat dilakukan tindakan operasi dengan membedah rahim untuk menutup celah yang terdapat pada tulang belakang janin
  • Melakukan operasi setelah bayi lahir dan dilakukan dalam rentang waktu 72 jam sejak dilahirkan
  • Perawatan lanjutan pasca operasi untuk meningkatkan kualitas hidup dapat berupa terapi okupasi dan fisioterapi, menggunakan alat bantu gerak, pengobatan gangguan pencernaan atau gangguan saluran kemih

5. Hydrocephalus

Salah satu dari macam-macam penyakit saraf pada anak yaitu hydrocephalus. Hydrocephalus adalah kondisi medis yang terjadi saat cairan serebrospinal, yang berfungsi melindungi otak dan sumsum tulang belakang, tidak dapat mengalir dengan baik atau diserap dengan benar.

Hal ini menyebabkan penumpukan cairan di dalam ruang-ruang ventrikel otak, yang akhirnya menyebabkan tekanan pada otak hingga merusak jaringan otak dan mengganggu perkembangan normal.

Hydrocephalus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan bawaan dan adanya infeksi yang memengaruhi sistem saraf dalam otak.

Sebagai dokter ahli saraf, dr. Lisa menyampaikan beberapa alternatif pengobatan anak dengan hydrocephalus, yang harus disesuaikan dengan kondisi tiap pasien, antara lain:

  • Terapi konservatif medikamentosa/obat-obatan bersifat sementara untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid(asetazolamid/furosemide), diberikan untuk pasien hidrosefalus ringan pada bayi dan anak
  • Pemasangan kateter ventricular atau drainase likuor eksternal
  • Operasi shunting untuk membuat saluran baru antara aliran likuor (ventrikel) dengan kavitas drainase (peritoneum)

Untuk mengatasi masalah penyakit saraf pada anak, penting untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf yang berpengalaman di klinik saraf. Diagnosis dini dan perawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anak.

Apabila si kecil mengalami penyakit saraf, Moms bisa mengajaknya untuk melakukan konsultasi dan pengobatan di Klinik Saraf Neuro Care by Klinik Pintar.

Klinik saraf terbaik di Jakarta ini memiliki sejumlah teknologi terkini dan juga dokter berlisensi yang siap membantu mengatasi berbagai keluhan saraf.

Baca Juga:

Sumber:

Longevity. How to Identify Neurological Disorders In Children.

Shalby. Understanding Pediatric Disorders of Nervous System. 21 Maret 2018.

Amankan Jadwal Anda di Klinik