Skip to main

Mengenal Penyakit Kelainan Tulang Belakang Skoliosis

Tulang belakang memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Jika dilihat dari belakang, tulang belakang biasanya tampak lurus. Namun, bagi penderita skoliosis, tulang belakang terlihat seperti huruf S atau C. Kelengkungan ini memberikan kesan bahwa orang tersebut condong ke satu sisi.

Skoliosis adalah kelengkungan lateral tulang belakang yang tidak normal. Kelengkungan dapat terjadi di bagian tulang belakang mana pun, tetapi biasanya memengaruhi tulang belakang bagian atas dan punggung bawah

Faktanya, penyakit kelainan tulang belakang ini lebih sering terjadi pada masa pertumbuhan, yaitu masa kanak-kanak atau remaja (skoliosis pediatrik) antara usia 10-15 tahun. Lantas, mengapa skoliosis bisa terjadi? Yuk simak penjelasannya!

Konsultasikan segera.

Jenis Skoliosis

Dalam dunia medis, skoliosis terdiri dari beberapa jenis, seperti:

1. Skoliosis Kongenital

Skoliosis kongenital adalah kelengkungan tulang belakang ke samping yang disebabkan oleh cacat sejak lahir. Kebanyakan kasus skoliosis kongenital terjadi pada bayi baru lahir.

Anak-anak dengan skoliosis kongenital atau skoliosis bawaan biasanya juga mengalami masalah kesehatan lain, seperti masalah ginjal atau kandung kemih.

2. Skoliosis Idiopatik

Thumbnail 2 - Mengenal Penyakit Kelainan Tulang Belakang Skoliosis.jpg

Sebagian besar kasus skoliosis idiopatik terjadi antara usia 10 tahun dan saat anak tumbuh dewasa.

Meskipun dokter tidak mengetahui penyebab pasti skoliosis idiopatik, namun masalah kelainan tulang belakang ini paling sering terjadi karena faktor kebiasaan tertentu, seperti sering membawa ransel yang berat atau memiliki postur tubuh yang buruk.

3. Skoliosis Neuromuskular

Skoliosis neuromuskuler adalah salah satu dari tiga jenis utama skoliosis yang menyebabkan kelengkungan tulang belakang yang tidak normal. Bisa dibilang jenis skoliosis neuromuskular ini adalah bentuk skoliosis kedua yang paling umum.

Skoliosis neuromuskular (NMS) adalah jenis skoliosis yang dapat terjadi pada anak-anak dengan kondisi medis yang terkait dengan gangguan saraf atau sistem otot, seperti cerebral palsy, spina bifida, dan cedera tulang belakang.

Baca Juga:

Gejala Skoliosis

Skoliosis biasanya terlihat sejak bayi atau remaja. Gejalanya bisa berbeda-beda tergantung pada usia seseorang.

1. Gejala pada Remaja

Bentuk skoliosis yang paling umum muncul pada masa remaja dan dikenal sebagai skoliosis idiopatik remaja. Gejalanya dapat meliputi tulang rusuk di setiap sisi memiliki ketinggian yang sedikit berbeda, satu pinggul lebih menonjol dari pinggul lainnya,salah satu kaki memiliki panjang yang sedikit berbeda.

2. Gejala pada Bayi

Jenis skoliosis yang paling sering menimpa bayi biasanya skoliosis kongenital atau bawaan, di mana gejalanya berupa tonjolan di satu sisi dada dan bayi terus menerus berbaring dengan tubuh melengkung ke satu sisi.

Penyebab Skoliosis

Meski penyebab skoliosis seringkali sulit untuk diketahui, namun ada sejumlah penyebab skoliosis yang dapat diidentifikasi oleh dokter, seperti:

  • Cerebral palsy: Gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan, mendengar, melihat, dan berpikir
  • Distrofi otot: Kelainan genetik yang mengakibatkan kelemahan otot
  • Gen: Para peneliti percaya bahwa setidaknya satu gen berperan dalam perkembangan skoliosis
  • Panjang kaki: Jika satu kaki lebih panjang dari yang lain, seseorang dapat mengalami skoliosis
  • Osteoporosis: Osteoporosis dapat menyebabkan skoliosis sekunder akibat degenerasi tulang

Tak hanya karena kondisi kesehatan yang mendasari, penyakit skoliosis juga dapat disebabkan oleh postur tubuh yang buruk, membawa ransel atau tas yang terlalu berat, dan akibat cedera yang dapat menyebabkan kelengkungan tulang belakang.

Konsultasikan segera.

Pengobatan Skoliosis

Sebelum melakukan pengobatan, tentunya dokter akan melakukan diagnosis terlebih dahulu. Umumnya, skoliosis didiagnosis dengan serangkaian tes fisik, foto rontgen tulang belakang, CT scan, atau MRI.

Setelah hasil diagnosis dinyatakan positif, dokter akan melakukan sejumlah pengobatan. Pengobatan skoliosis umumnya berbeda-beda sesuai dengan ukuran kurva. Anak-anak dengan kurva yang sangat ringan atau kurang dari 25 derajat biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Namun, pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui perkembangan kondisi tulang.

Sedangkan pada kasus skoliosis yang lebih parah, pasien anak akan diminta untuk mengenakan penyangga tulang demi mencegah lengkungan tulang belakang bertambah parah.

Sedangkan bagi pasien yang memiliki kurva antara 45 dan 50 derajat, biasanya dokter akan merekomendasikan operasi fusi tulang belakang yang telah terbukti menghentikan peningkatan kurva.

Sedangkan bagi penderita penyakit skoliosis degeneratif, pengobatannya dapat menggunakan terapi fisik, peregangan, dan olahraga untuk membantu membangun kekuatan tulang.

Namun jika perawatan non-bedah tidak membantu, pembedahan dapat dilakukan untuk meningkatkan keseimbangan tulang belakang dan mengurangi tekanan saraf pada tulang belakang, sehingga membantu mengatasi rasa sakit.

Sumber:

Medical News Today.Scoliosis: Treatment, Symptoms, and Causes. 24 April 2023.

Aans.org. Scoliosis.

Healthline. Everything You Need to Know About Scoliosis. 5 Januari 2021.

Johns Hopkins Medicine. Scoliosis.

Amankan Jadwal Anda di Klinik